Rabu, April 22, 2009

Jalan(empat)ku

Musibah menghinggapi kami lagi, setelah anak saya yang gede dinyatakan sembuh, terus anak kami yang ketiga kena DBD (kata dokter di Puskesmas, malah langsung harus di rawat di rumah sakit). Bagaimana tidak gemetaran ini lutut. Uangnya dari mana buat merawatnya? Buat cek laboratorium dan pemeriksaan awal saja saya harus mengorbankan tidak bayar cicilan rumah dulu.
Sudahlah saya putuskan untuk berobat di rumah saja dengan membeli obat-obatan dengan menggunakan uang cicilan rumah, dan berkonsultasi terus dengan istri Bos saya di kantor RS yang kebetulan sebagai dokter spesialis anak. Dan alhamdulillah berlalu juga cobaan itu, anak saya sudah dinyatakan sembuh sekarang, meskipun sekarang giliran dari pihak BTN yang ngejar terus karena cicilan rumah yang sudah tidak terbayar selama beberapa bulan. Gak apa-apalah, mudah-mudahan saja para penggede BTN yang juga manusia, yang juga mempunyai hati nurani, dan mereka punya anak. Sehingga bisa merasakan harus bagaimana kalau berada dalam kondisi seperti saya ini. Lebih memilih bayar rumah tapi anak sakit, atau meningan anak sembuh tapi bayar rumah ditunda. Sebetulnya seh, maunya hati ini, anak sembuh, cicilan rumah terbayar…..
Kondisi terakhir sekarang, saya tersudutkan oleh perjanjian kepada Bapak Kolonel yang meminjamkan uang kepada saya. Jatuh temponya akhir bulan ini, April 2009.
Sebetulnya awal-awalnya saya canangkan untuk mengganti uang beliau itu dari uang asuransi jiwa yang sudah jatuh tempo pada Oktober 2008 lalu, tapi berhubung PT. asuransi yang saya ikutin itu ternyata dinyatakan tidak sehat dan dilikuidasi pemerintah, tinggallah kami (sebagai nasabah) beberapa kali harus makan janji dari PT itu, entar pertengahan Desember 2008, entar Januari tanggal 20-an, entar pertengahan Maret 2009, sampai sekarang, masih entar-entar lagi aja. Padahal saya sangat membutuhkannya pada saat-saat ini.
Terus dana tambahannya mau pinjam dari kantor RS, yang memang sudah beberapa tahun ini saya sebagai karyawan diberikan pinjaman lunak. Tapi keadaan kantor RS sekarang lagi di ujung tanduk, lagi diaudit. Akan dipindah tangankan dari pimpinan lama kepada pimpinan baru. Sementara proses audit ini kami sebagai karyawan sebetulnya berjalan tanpa ada pimpinan, sudah 3 bulan ini. Dan setelah itu entah bagaimana lagi kiprah saya di perusahan itu. Entah mau dipakai lagi oleh pimpinan yang baru, atau malah ditendang…. Meskipun masa kerja saya di sana sudah hampir 15 tahun. Yah… namanya pimpinan…. Dimanapun biasanya suka-sukanya beliau saja, mau diapakan bawahannya.
Jadi…… sekarang ini otak saya ini sebetulnya sudah harus muter gimana lagi menghadapi ‘tersudutnya’ keadaaan….. apakah harus saya jual lagi itu rumah untuk mengembalikan uang pak Kolonel, tapi resikonya kami harus pindah lagi, entah kemana lagi karena kami sudah tidak punya rumah. Atau harus bagaimana….

Berawal dari keadaan yang memaksa inilah saya tergerak untuk belajar ber-internet ria…. Karena yang saya denger kalau orang-orang internet itu pinter-pinter, karena datang dari berbagai keahlian dan kecakapan masing-masing. Kali aza ada temen-temen yang bisa memberi masukan saran atau pendapatnya, untuk blog saya atau untuk pribadi kehidupan saya….
Untuk itu saya sangat, sangat mengharapkan sekali masukannya…
(habis)

2 komentar:

  1. Lumayan buat pemula sehhhh, lanjutannya gimana tuh cerita, mudah2an happy ending yah pak....

    BalasHapus
  2. Selamat, selamat bergabung dengan kaum bloger sobat...

    BalasHapus

Pepatah

Kehormatan adalah ibarat sebuah pulau yang sangat curam tanpa tebing, sekali jatuh dari pulau itu tak dapatlah orang mendakinya kembali.