Hari ini saya teringat nasihat guru ngaji dulu, bahwa kalau kita hidup itu harus memakai prinsip Semut hitam, air, lebah dan ikan asin.
Lho apa maksudnya?
Begini katanya:
Dalam bekerja kita harus menerapkan prinsip Semut hitam. Seekor hewan yang tak kenal lelah, dikenal sebagai pekerja keras. Siang malam seakan tidak ada waktu untuk beristirahat. Malam disaat orang-orang atau makhluk lain tengah terlelap dibuai mimpinya.... dia masih bekerja..... dan waktunya siang dimana yang lain mulai bekerja, diapun lebih giat lagi bekerja. Rupanya dia menerapkan hadits Nabi yang berbunyi: Bekerjalah kamu seakan mau hidup selamanya dan beribadahlah kamu seakan mau mati besok. Sekarang giliran kita yang menerapkan semangatnya sang semut itu.
Air, adalah senyawa yang senantiasa mencari dataran yang rendah, dimanapun dan ke arah manapun, pasti dia tuju. Rintangan hambatan yang ada di sepanjang perjalanannya dia lewati terus tanpa henti sambil otaknya terus berputar untuk terus menemukan celah.. Diapun berjalan tanpa kenal waktu, siang malam, panas hujan, jalan terus.... tidak kenal lelah sampai terbentur jalan yang benar-benar buntu, tanpa celah. Dia diam di sana. Namun dalam ke-diam-annya itu dia sebetulnya tidak hanya berleha-leha, bersantai-santai, menghilangkan capek, tapi dia sebetulnya tengah berkumpul, dan berkumpul bersama teman-temannya untuk menghimpun kekuatan.
Kekuatan yang maha dahsyat yang bila saatnya tiba dia akan keluarkan dan tampakkan kepada khalayak bahwa dia bersama teman-temannya itu adalah sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan. Ingat peristiwa Tsunami dan Situgintung. Disana air adalah tokoh utamanya yang mempunyai kekuatan maha dahsyat.
Dalam hidup ini kita harus punya tujuan, mungkin awalnya tujuan-tujuan kecil yang merupakan tujuan jangka pendek. Tujuan-tujuan itu kita arahkan untuk satu tujuan puncak. Yang mana itu adalah titik akhir perjalanan kita nanti. Dalam perjalanannya untuk mencapai itu bisa dilakukan sendiri ataupun bersama rekanan yang seide dengan kita. Ayo kerja, ayo kejar, ayo terus bakar semangat kita.
Lebah, serangga penghasil madu. Memberikan kenikmatan dan kesehatan buat orang lain. Dimanapun dia hinggap tidak ada satu rantingpun yang patah olehnya, karenanya dia tidak dibenci oleh lingkungan tempat yang didatanginya. Jelas itu kan.
Ikan asin, makhluk yang hidup di air laut yang asin. Di sana dia tidak hanya satu jam, satu hari atau beberapa tahun. Selama dia masih bernyawa di laut lah mereka tinggal dan hidup. Tapi herannya daging mereka tidak serta merta rasanya asin seperti rasa air tempat hidupnya. Bahkan untuk dijadikan asin rasa dagingnya itu oleh para nelayan dikasih garam lagi. Begitulah kita mesti hidup, bagaimanapun kondisi, keadaan dan corak lingkungan dimana kita tinggal, jangan semuanya kita serap dan kita terapkan dalam diri kita. Tapi mesti kita saring, kita pilah, bolehlah yang bagusnya kita ambil dan yang jeleknya dipendam yang dalam biar tidak dikais-kais kucing atau orang, biar kejelekannya tidak lantas ditiru yang lain.
Sebetulnya masih banyak lagi kiasan-kiasan yang bisa kita pakai, tapi yang nyerep di otak saya khususnya hanya empat itulah. Tapi bila kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, insya Allah akan sangat bermanfaat dan berfaedah.
Ayo kita terapkan.
Saya juga lagi terapkan meskipun sedikit-sedikit. He… he… he…
Lho apa maksudnya?
Begini katanya:
Dalam bekerja kita harus menerapkan prinsip Semut hitam. Seekor hewan yang tak kenal lelah, dikenal sebagai pekerja keras. Siang malam seakan tidak ada waktu untuk beristirahat. Malam disaat orang-orang atau makhluk lain tengah terlelap dibuai mimpinya.... dia masih bekerja..... dan waktunya siang dimana yang lain mulai bekerja, diapun lebih giat lagi bekerja. Rupanya dia menerapkan hadits Nabi yang berbunyi: Bekerjalah kamu seakan mau hidup selamanya dan beribadahlah kamu seakan mau mati besok. Sekarang giliran kita yang menerapkan semangatnya sang semut itu.
Air, adalah senyawa yang senantiasa mencari dataran yang rendah, dimanapun dan ke arah manapun, pasti dia tuju. Rintangan hambatan yang ada di sepanjang perjalanannya dia lewati terus tanpa henti sambil otaknya terus berputar untuk terus menemukan celah.. Diapun berjalan tanpa kenal waktu, siang malam, panas hujan, jalan terus.... tidak kenal lelah sampai terbentur jalan yang benar-benar buntu, tanpa celah. Dia diam di sana. Namun dalam ke-diam-annya itu dia sebetulnya tidak hanya berleha-leha, bersantai-santai, menghilangkan capek, tapi dia sebetulnya tengah berkumpul, dan berkumpul bersama teman-temannya untuk menghimpun kekuatan.
Kekuatan yang maha dahsyat yang bila saatnya tiba dia akan keluarkan dan tampakkan kepada khalayak bahwa dia bersama teman-temannya itu adalah sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan. Ingat peristiwa Tsunami dan Situgintung. Disana air adalah tokoh utamanya yang mempunyai kekuatan maha dahsyat.
Dalam hidup ini kita harus punya tujuan, mungkin awalnya tujuan-tujuan kecil yang merupakan tujuan jangka pendek. Tujuan-tujuan itu kita arahkan untuk satu tujuan puncak. Yang mana itu adalah titik akhir perjalanan kita nanti. Dalam perjalanannya untuk mencapai itu bisa dilakukan sendiri ataupun bersama rekanan yang seide dengan kita. Ayo kerja, ayo kejar, ayo terus bakar semangat kita.
Lebah, serangga penghasil madu. Memberikan kenikmatan dan kesehatan buat orang lain. Dimanapun dia hinggap tidak ada satu rantingpun yang patah olehnya, karenanya dia tidak dibenci oleh lingkungan tempat yang didatanginya. Jelas itu kan.
Ikan asin, makhluk yang hidup di air laut yang asin. Di sana dia tidak hanya satu jam, satu hari atau beberapa tahun. Selama dia masih bernyawa di laut lah mereka tinggal dan hidup. Tapi herannya daging mereka tidak serta merta rasanya asin seperti rasa air tempat hidupnya. Bahkan untuk dijadikan asin rasa dagingnya itu oleh para nelayan dikasih garam lagi. Begitulah kita mesti hidup, bagaimanapun kondisi, keadaan dan corak lingkungan dimana kita tinggal, jangan semuanya kita serap dan kita terapkan dalam diri kita. Tapi mesti kita saring, kita pilah, bolehlah yang bagusnya kita ambil dan yang jeleknya dipendam yang dalam biar tidak dikais-kais kucing atau orang, biar kejelekannya tidak lantas ditiru yang lain.
Sebetulnya masih banyak lagi kiasan-kiasan yang bisa kita pakai, tapi yang nyerep di otak saya khususnya hanya empat itulah. Tapi bila kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, insya Allah akan sangat bermanfaat dan berfaedah.
Ayo kita terapkan.
Saya juga lagi terapkan meskipun sedikit-sedikit. He… he… he…
Dalam filosofi Jawa ada juga yang dinamakan: Ojo Ngranggeh nggo Siku, Jangan memegang menggunakan siku tangan kita, bayangkan betapa susahnya memegang sesuatu menggunakan siku: ini artinya bahwa berusahalah sesuai dengan tempat dan kegunaannya. Filosofi ini digunakan untuk menjembatani filosofi Penulis yaitu semut hitam, air dan lebah. Tks
BalasHapus